SERBA-SERBI BETERNAK CUCAKRAWA

Pengalaman adalah guru terbaik

Sejak kecil kita selalu menerima petuah dari orangtua maupun guru, bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Petuah itu sangat benar adanya. Dari pengalaman itulah, kita bisa memiliki keahlian secara profesional. Hal ini juga berlaku dalam penangkaran burung Cucak Rawa.

Dalam dunia breeding / penangkaran burung Cucak Rawa, setiap orang bisa memperoleh kesuksesan, tetapi bisa juga mengalami kegagalan. Kesuksesan dan kegagalan sama-sama menjadi pengalaman berharga di masa-masa berikutnya.

Ya, tidak ada yang mudah dalam menjalankan usaha penangkaran burung Cucak Rawa. Selalu akan muncul masalah demi masalah selama usaha ini dijalankan. Bahkan permasalahan yang dialami oleh penangkar/peternak yang satu tidak selalu sama dengan pengalaman penangkar lainnya karena beda Cucak Rawa beda pula karakternya.

Tetapi juga perlu diingat, tidak ada permasalahan yang tidak bisa diatasi, jika kita mau belajar, termasuk belajar dari pengalaman sebelumnya. Itu sebabnya, pengalaman menjadi guru terbaik bagi kita semua, di segala bidang kegiatan.

Yang terpenting, kita harus tahu karakter setiap induk yang dimiliki. Fundamental yang kuat dalam diri kita, disertai jiwa pantang menyerah, tidak mudah putus asa, dan selalu didasari HOBI (dalam istilah konservasi disebut “pemeliharaan untuk kesenangan”) akan mengantar kita pada kesuksesan dalam berternak burung Cucak Rawa.

Kalau sudah hobi, apalagi yang dipelihara adalah burung Cucak Rawa, kita pun akan terbiasa merawat setiap hari tanpa pernah merasa terbebani. Sebab kita mengerjakannya dengan senang hati. Kalau memang hobi, alangkah bijaksananya apabila hobi itu ditingkatkan sehingga bisa menghasilkan nilai tambah.

Peningkatan yang dimaksud adalah mengubah hobi Anda menjadi penangkar. Sebab dengan menjadi penangkar, hobi Anda terhadap burung Cucak Rawa tetap tersalurkan. Apalagi beternak Cucak Rawa sangat menguntungkan secara ekonomi. Prospeknya sangat baik, karena harga jual burung ini masih tercatat paling tinggi dibandingkan dengan jenis burung kicauan lainnya, termasuk murai batu.

Sama seperti murai batu, harga burung Cucak Rawa selalu naik dan tidak pernah turun. Selain karena kemegahan suaranya, juga karena ketersediaan di alam liar makin menipis. Saat ini sebagian besar Cucak Rawa yang beredar di pasaran dan dipelihara ratusan ribu penggemarnya di negeri ini adalah hasil penangkaran.

Hebatnya lagi, harga jual burung Cucak Rawa jantan tidak berbeda dari Cucak Rawa betina. Hal ini tidak dijumpai pada jenis burung kicauan lainnya, di mana burung jantan selalu memiliki nilai jual lebih tinggi daripada burung betina. Hanya lovebird yang memiliki karakteristik pemasaran seperti burung Cucak Rawa, di mana harga burung jantan dan betina setara.

Oleh karena itu, keberhasilan seseorang dalam beternak burung Cucak Rawa tidak terlepas dari cara menggali ilmu secara bijak dari berbagai sumber, dan tidak terlepas dari pengalaman yang diperoleh selama menjalankan usaha ini. Ilmu dan pengalaman akan membentuk seseorang menjadi  peternak / penangkar profesional.

Yang menjadi pertanyaan besar adalah:

Mengapa banyak penangkar burung cucakrawa dirundung kegagalan, karena produksi macet sehingga tidak bisa menutupi biaya operasionalnya ?. Akibatnya, indukan pun habis dijual dan berujung pada gulung tikar.

Fenomena ini dapat dijumpai di berbagai daerah, tidak terkecuali di Kalimantan Timur. Tetapi masih banyak pula yang berhasil, bahkan dari waktu ke waktu terus berkembang, seperti yang dialami GRD Bird Farm Balikpapan.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, GRD Bird Farm melakukan analisis berdasarkan hasil blusukan dari peternak yang ke peternak lainnya, terutama yang berada di Kalimantan Timur. Berikut ini hasil analisisnya:

1. Masalah pakan

Banyak penangkar burung Cucak Rawa kurang memperhatikan masalah pakan yang diberikan kepada indukan di kandang ternak. Yang ada di benaknya adalah bagaimana bisa menghasilkan banyak uang dengan pengeluaran sekecil mungkin.

Ngirit atau berhemat boleh-boleh saja. Tetapi masalah pakan dan pre/probiotik  serta multivitamin untuk indukan itu sangat penting, sehingga jangan pernah berfikir untuk melakukan pengiritan pada aspek ini.

Kalau model pengiritan pakan diterapkan dalam penangkaran Cucak Rawa, tentu hal ini memunculkan malapetaka. Ada istilah take and give: berikan yang terbaik untuk indukan Cucak Rawa, agar mereka juga memberikan yang terbaik untuk kita.

Beberapa masalah pakan yang kerap diabaikan peternak antara lain :

a. Induk dipacu terus berproduksi, tapi kroto diabaikan

Para peternak, khususnya di Kalimantan Timur, yang pernah saya temui rata-rata menghindari pemberian KROTO kepada indukan Cucak Rawa  di kandang ternak. Alasannya sangat klasik, yaitu :

  • Kalau diberi kroto, mereka khawatir indukan akan rontok bulu / mabung dan berakibat STOP PRODUKSI selama beberapa bulan.
  • Kroto susah didapatkan. Kalaupun ada, harganya sangat mahal.

Disinilah letak kesalahan para penangkar. Perlu diketahui, KROTO adalah pakan high nutrition yang sangat baik dan sangat diperlukan burung-burung selama masa reproduksi berlangsung.

Memang tak bisa dipungkiri, pemberian kroto secara tiba-tiba dalam porsi banyak dapat berakibat buruk seperti rontok bulu / mabung sebelum waktunya. Rontok bulu bagi Cucak Rawa yang diternak bisa menjadi malapetaka, karena burung akan stop produksi selama beberapa bulan.

Tetapi jika Anda memberi kroto secara bertahap, sedikit demi sedikit tapi kontinyu (berkelanjutan), maka kemungkinan rontok bulu bisa dihindari. Yang utama adalah takarannya dan secara kontinyu atau rutin memberikan kroto. ( takaran cukup sesendok makan penuh setiap pasang indukan di kandang tangkar ).

Kalau indukan terbiasa diberi kroto setiap hari secara kuntinyu, burung pun akan terbiasa dan rontok bulu tidak akan terjadi kecuali jika memang sudah waktunya mabung (ganti bulu) itu adalah alami. Itu wajar, karena mabung (molting, moulting) merupakan siklus tahunan yang selalu dialami oleh semua jenis burung.

b. Extra fooding (EF) berupa jangkrik

Jangkrik merupakan salah satu pakan tambahan / extra fooding (EF) yang juga penting bagi indukan Cucak Rawa . Namun perlu diingat, jangrik yang dibeli dari peternak jangkrik umumnya tidak memiliki kualitas yang bagus, sehingga perlu penanganan lebih lanjut setelah Anda beli.

Jangkrik umumnya hanya diberi pakan berupa voer ayam, irisan batang pisang, Pepaya muda dan batang pepaya serta sayuran yang sudah layu. Bahkan kalau kehabisan pakan, jangkrik pun akan memakan egg tray (wadah telur) yang berbahan karton, atau memakan koran bekas.

Nah, bagaimana jangkrik bisa memiliki gizi tinggi jika kualitas pakannya seperti itu. Kalau kandungan gizinya rendah, burung yang memakannya pun hanya memperoleh sedikit manfaat, terlebih burung-burung yang sedang diternak yang membutuhkan protein tinggi.

Karena itu, para peternak burung Cucak Rawa perlu menyiasati jangkrik-jangkrik yang baru dibeli dari peternak maupun dari pasar / kios burung (karena dipasok peternak jangkrik juga bukan ?). Siasat ini berupa perlakuan khusus kepada jangkrik sebelum diberikan kepada burung. paling bijaksana kalo membeli jangkrik yang masih kecil/ tanggung.

Jadi, sebelum diberikan kepada indukan Cucak Rawa jangkrik perlu diberi pakan bergizi dulu, antara lain tauge (kecambah kacang hijau), irisan wortel, irisan kunyit, kencur, dan jahe dan voer lembut yang bagus kwalitasnya. Ini sangat berguna bagi indukan Cucak Rawa.

Tauge bisa memperbaiki kualitas sperma burung pejantan. Wortel mengandung beta karoten yang baik bagi kesehatan burung. Irisan kunyit merupakan antibiotik alami. Kencur bisa menambah nafsu makan burung. Adapun jahe bisa menghangatkan tubuh burung dan mencegahnya dari kedinginan.

Alhasil, indukan Cucak Rawa yang diberi jangkrik yang sebelumnya mendapat perlakuan pakan spesial ini akan menjadi indukan yang sehat dan hebat (produktif). Kalau indukan sehat, maka produksi juga menjadi baik dan meningkat pesat.

c. Jangan remehkan multivitamin dan multimineral

Banyak peternak yang mengabaikan peran multivitamin dan multimineral, dengan alasan burung di alam liar juga tidak pernah mengkonsumsi suplemen tersebut. Ini alasan konyol.

Burung-burung di alam liar memiliki preferensi (pilihan) terhadap jenis pakan yang tersedia, dan itu akan selalu disesuaikan dengan kebutuhannya sendiri:

  • Jika burung merasa kekurangan kalsium, dia akan mencari sumber pakan yang kaya kalsium, termasuk memakan pecahan telur burung lain yang ditemuinya di alam liar.
  • Jika burung kekurangan vitamin C, misalnya, dia akan mencari sumber pakan yang kaya vitamin itu di alam liar, seperti mencari buah pisang, jeruk dan sejenisnya.

Nah, bagaimana jika burung-burung di kandang ternak kekurangan salah satu atau beberapa nutrisi di dalam tubuhnya ?. Bukankah burung tidak bisa bicara kepada manusia ?. Bukankah burung sangat-sangat menggantungkan kualitas dan kuantitas pakan dari kebijakan pemiliknya ?

Dalam berbagai riset internasional, hampir semua burung kicauan dalam perawatan manusia itu kekurangan salah satu atau beberapa jenis vitamin dan mineral, jika hanya mengandalkan pakan dan EF saja.

Artinya, burung dalam perawatan manusia perlu mendapat asupan vitamin dan mineral dari bahan-bahan di luar pakan dan EF. Karena itulah, pemberian suplemen multivitamin dan multimineral bagi burung, termasuk indukan Cucak Rawa, sangat penting dan jangan pernah diabaikan.

Anda bisa memperolehnya di toko / kios burung. GRD Bird Farm sejak dulu mengandalkan BirdVit (multivitamin) dan BirdMineral (multimineral) produksi Om Kicau (silakan browsing kedua produk suplemen itu di (omkicau.com).

d. Perlakuan khusus terhadap Voer

Untuk indukan Cucak Rawa, voer yang diberikan bisa ditingkatkan nilai gizinya sehingga burung makin produktif sekaligus mencegah stop produksi yang selama ini menjadi penyebab utama para peternak di Kalimantan Timur gulung tikar.

GRD Bird Farm selama ini menerapkan perlakuan khusus terhadap voer yang akan diberikan kepada indukan Cucak Rawa, sehingga nilai gizinya bertambah. Dalam hal ini, voer dicampur dengan kocokan telur dan BirdMeneral, serta serbuk Kalsium (Ca). Aduk hingga merata (homogen) dan dijemur sampai kering dan siap disajikan kepada indukan Cucak Rawa.

e. Sediakan cangkang cumi-cumi / grit

Meski burung sudah mendapat multimineral di luar pakan, Anda tetap perlu menyediakan grit atau cangkang cumi-cumi dalam kandang ternak. Hal ini diperlukan sebagai tindakan antisipasi jika induk masih merasa kekurangan kalsium.

Sebab menjelang bertelur hingga merawat anak-anaknya, induk  Cucak Rawa membutuhkan kalsium dalam jumlah lebih tinggi daripada biasanya.

Pengalaman GRD Bird Farm selama ini, grit yang bagus diberikan adalah cangkang cumi-cumi sebagai asinan sekaligus sebagai sumber kalsium tambahan. Cangkang cumi-cumi itu lebih lunak daripada cangkang sotong. Dalam kondisi terpaksa, misalnya susah mendapatkan cangkang cumi-cumi, maka cangkang sotong pun bisa dimanfaatkan.

2. Induk cucakrawa jarang/ tidak pernah diistirahatkan.

Berdasarkan hasil survei, banyak peternak mengalami kegagalan lantaran induknya terus dipacu agar selalu berproduksi tanpa pernah mengalami masa istirahat ada istilah dijadikan ATM. Padahal masa istirahat sangat diperlukan untuk mengembalikan kondisi organ-organ reproduksi, khususnya pada induk  Cucak Rawa betina.

Hal ini biasanya terjadi karena tingkat permintaan melebihi kapasitas produksi. Akibatnya, peternak mendahulukan aspek kuantitas produk daripada kualitas produk, bahkan rela “mengorbankan” indukan Cucak Rawa itu sendiri.

Karena peternak kerap menjadikan pasangan induk Cucak Rawa sebagai “ATM Hidup”, sehingga tidak ada kesempatan bagi indukan untuk beristirahat, akhirnya akan tiba suatu saat di mana induk malah tidak mau berproduksi lagi, macet produksi atau berubah perilaku ( tidak mau mengerami telurnya, mematuk dan membuang telurnya dan perilaku jeleknya ).

Sebelum macet produksi terjadi, biasanya indukan Cucak Rawa akan menunjukkan beberapa perilaku negatifnya, misalnya:

·         Induk mematuki telur-telurnya sendiri, sampai akhirnya telur pecah.

·         Induk membuang telurnya, sehingga telur pecah dan tidak bisa dierami.

·         Induk tidak mau mengerami telur-telurnya dan bertelur tidak pada tempatnya.

·         Induk membuang anakan yang baru saja menetas.

·         Induk tidak mau meloloh anak-anaknya.

Perlu diketahui, Cucak Rawa akan gencar berproduksi sejak pertama kali bertelur hingga 1,5-2 tahun berikutnya. Setelah itu, produksi telur mulai menurun secara bertahap. Fakta ini terjadi pada seluruh jenis unggas, termasuk burung, ayam, dan itik dll.

Meski demikian, selama dalam masa puncak produksinya, induk Cucak Rawa betina harus tetap diberi jeda / istirahat setelah periode peneluran (clutch) tertentu. Seperti diketahui, induk Cucak Rawa akan menghasilkan telur sebanyak 2 butir, dan akan dierami selama 14 hari.

Dalam kondisi normal, induk jantan dan induk betina akan mengasuh anak-anaknya selama tiga bulan. Tetapi sebagian besar peternak umumnya akan memanen anakan pada umur 5-9 hari, kemudian dirawat dalam inkubator dan diloloh manusia.

Sekitar 1-2 minggu setelah anakan dipanen/ disapih, induk Cucak Rawa akan berproduksi kembali. Tujuannya agar peternak bisa terus menghasilkan anakan-anakan untuk dijual. Banyak peternak lalai dalam mengistirahatkan pasangan indukannya, sehingga burung justru macet produksi disertai dengan aneka perilaku negatif seperti dijelaskan di atas.

Idealnya setelah 5-7 kali berproduksi ( bertelur dan mengeram ) Cucak Rawa secara beruntun ( entah itu pengeraman menetas atau gagal/ zonk ), Anda perlu mengistirahatkan pasangan indukan. Masa istirahat yang biasa diterapkan GRD Bird Farm adalah 3 minggu. Selama masa jeda ini, burung tidak berkesempatan kawin, alias benar-benar istirahat total.

Bagaimana cara mengistirahatkan pasangan induk Cucak Rawa ? Mudah kok. Tangkap saja kedua burung induk yang semula menyatu dalam kandang ternak, kemudian masukkan ke sangkar soliter. Jadi, selama 3 minggu burung jantan dan betina berada di luar kandang ternak.

Selama masa istirahat sebaiknya diberi abat Cacing ( Combantrin Cair yang dicampur dengan air seperti air teh agak keruh ) obat cacing diberikan sehari saja dan  berikan perawatan sebaik-baiknya, dengan memperhatikan asupan pakannya sehingga burung akan menjadi gemuk dan sehat kembali. Setiap minggu burung disemprot dengan obat antikutu.

Kandang ternak dibersihkan, tanaman mati yang ada di dalam kandang diganti. Sterilkan kandang ini dengan cara disemprot dengan air rebusan daun Sirih dicampur dengan disinfektan dan antiseptik. Dengan demikian, kandang ini akan sehat dan layak ditempati pasangan induk Cucak Rawa setelah diistirahatkan selama 3 minggu.

Memang tak bisa dipungkiri, masa istirahat akan menyebabkan induk Cucak Rawa berhenti berproduksi selama 2-3 bulan. Inilah yang membuat para peternak  di Kalimantan Timur merasa sayang, serta enggan menerapkannya, dengan alasan akan mengurangi pendapatannya.

Padahal, jika kita mau memikirkan kepentingan jangka panjang, masa istirahat justru akan membuat pasangan induk Cucak Rawa  bisa bertahan lebih lama guna menghasilkan anakan-anakan berkualitas. Induk bisa diselamatkan dari kemungkinan stres, sehingga tidak perlu terjadi lagi kasus induk patuk/ makan telur, buang telur, buang anak, atau bahkan enggan mengerami telurnya sendiri atau bertelur tidak pada tempatnya.

Apabila induk jantan maupun betina sudah sering mematuki telurnya, hal ini susah disembuhkan dan sangat-sangat sulit mengatasinya. Saya pernah mencoba mengatasi induk Cucak Rawa yang sering mematuki telurnya, berdasarkan pengalaman pada ayam betina.

Ceritanya begini. Semasa kecil dan masih tinggal di kampung halaman, saya punya ayam betina yang mengalami stres akibat telurnya setiap hari diambil dan hanya disisakan 1 butir sebagai pancingan. Ayam kemudian stres dan mematuki telurnya.

Untuk menyembuhkannya, setiap pagi ayam dimandikan dengan cara direndam pada permukaan air sungai. Jika masih mematuki telurnya, maka ujung paruhnya didipotong sedikit (debeaking) dengan dan diselomot bara api (sadis!!!).

Cara ini lantas saya terapkan pada induk Cucak Rawa yang stress dan selalu mematuki telur-telurnya. Burung ditangkap, direndam dalam air, ujung paruhnya dipoting dan diselomot bara api. Apa yang terjadi ? Ternyata kebiasaan mematuki telurnya tetap tidak bisa diatasi dan terus berlanjut. Tapi ada hikmahnya tangkap jantan dipelihara diluar kandang untuk dimandikan. Ternyata si betina mau mengeram telur burung puyuh rebus karena telur asli sudah pecah oleh si Jantan. Ha ha ha ha….. disinilah awal mula tangkap si Jatan dan ganti telur pertama yang pecah dengan telur burung puyuh rebus.

Di GRD Bird Farm ada 7 (  tujuh ) pasang indukan yang mempunyai tabiat seperti itu. Indukan ini saya dapatkan dari para peternak yang sudah putus asa dalam mengatasi tabiat induk yang sering mematuki telurnya karena tidak pernah diistirahatkan di tangan pertama. Untuk menyiasati hal ini, silakan baca Serba Serbi Beternak Cucak Rawa dan Tip & Trik Beternak Cucakrawa.

Pada dasarnya, usaha penangkaran burung Cucak Rawa memang sangat sulit, tetapi kita harus pandai menyiasatinya, jangan pernah berhenti belajar, terus mencoba bereksperimen dan belajar tentang tabiat setiap indukan, jangan malu-malu bertanya kepada peternak lainnya, dan terus berinovasi tiada henti.

Kendala utama saat ini adalah kurangnya ilmu pengetahuan. Belum ada sekolah khusus penangkaran burung Cucak Rawa . Sebagian peternak pelit berbagi ilmu, mereka lebih suka menyimpan rapat-rapat ilmu dan pengalamannya utuk dibawa menghadap Sang Khaliq. Akibatnya, ketersediaan tenaga profesional dalam beternak Cucak Rawa juga sangat minim.

Selain itu, peranserta pemerintah dalam membina para peternak Cucak Rawa  juga masih sangat minim. Padahal penangkar sangat membantu program pemerintah di berbagai bidang, baik langsung maupun tidak langsung.

Misalnya, dari aspek ekonomi, peternak membantu menciptakan lapangan kerja. Dari aspek ekologi, para penangkar juga terlibat aktif dalam menyelamatkan satwa dari ancaman kepunahan akibat maraknya perburuan di alam liar. Kehadiran penangkar burung menyebabkan roda perekomian di pasar burung terus menggeliat, tanpa mengganggu populasi burung di alam liar.

Bahkan dari aspek budaya, keberadaan penangkar sangat berperan dalam memajukan hobi burung kicauan yang kini hampir dijumpai di seluruh Indonesia. Penggemar burung kicauan (kicaumania) menjadi salah satu komunitas terbesar di negeri ini, selain sepak-bola.

Alam sebagai pelindung sumberdaya alam hayati kini sedang menangis, meratap penuh kesedihan, karena makin banyak plasma nutfah asli Indonesia yang makin terancam kelestariannya. Cucak Rawa di alam liar pun makin jauh berkurang. Kemunculan penangkar-penangkar baru sangat diharapkan agar burung ini tetap bisa dinikmati anak-cucu kita dalam ujud aslinya, bukan sekadar gambar atau rekaman video.

Bukan hanya Cucak Rawa  saja yang perlu diselamatkan. Ada beberapa spesies burung di Kalimantan yang memerlukan perhatian ekstra, dan mesti didukung lewat penangkaran, mengingat populasinya di alam liar juga makin menipis. Misanya beo, murai batu boneo, kacer dada hitam, dan cucak hijau. Yang paling mengenaskan adalah populasi burung BEO sdh seperti Cucak Rawa sangat sulit dijumpai di habitatnya. Thn 1990 dulu penangkap Beo yang diambil adalah anak/ piyik saja tapi di tahun2 kemudian tidak puas memanen anak2 nya, induknyapun ditangkap juga akhirnya sekarang sudah sangat langka terutama di daerah Samberah Muara Badak Tenggarong.

Maka, sungguh tepat tindakan dan kebijakan yang diambil Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang melarang lalu-lintas perdagangan burung  Cucak Rawa dan Beo tangkapan alam untuk dikirim ke luar Provinsi. Kebijakan Pemprov Kaltim, terutama melalui jajarannya di Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, untuk menyelamatkan satwa-satwa yang terancam punah ini harus didukung oleh semua elemen masyarakat. BRAVO BKSDA KALTIM !!!!

Ada peraturan tertentu di mana burung-burung dilindungi masih bisa diperdagangkan, tetapi bukan dari hasil tangkapan alam, melainkan hasil budidaya manusia yang disebut penangkaran burung.

Dalam hal ini, penangkar burung-burung dilindungi harus meminta izin terlebih dulu dari BKSDA di masing-masing Provinsi. Jika sudah mengantungi Izin Tangkar dan Izin Edar  BKSDA, penangkar bisa menjalankan usahanya, termasuk menjual sebagian hasil ternaknya kepada konsumen, dengan disertai sertifikat penangkar yang sudah dilegalisasi oleh BKSDA.

Sebagai contoh jalak bali. Burung ini dulu nyaris punah. Berkat partisipasi para penangkar di berbagai daerah dan telah mengantungi izin BKSDA, burung ini bisa kita lihat di berbagai kios burung / pasar burung di Indonesia. Karena itu, penangkaran burung merupakan salah satu bagian terpenting dari upaya melestarikan plasma nutfah asli Indonesia.

Cucak Rawa sebenarnya tidak termasuk dalam daftar burung tidak dilindungi masuk kategori Ependix II dalam artian bisa di pelihara dan diperjual belikan  adalah hasil penangkaran. Tetapi karena faktanya  makin sulit menjumpainya di alam liar, bahkan nyaris punah di habitat aslinya, maka penangkaran burung Cucak Rawa pun harus mengantungi izin penangkaran dan izin peredaran / perdagangan dari instansi terkait, dalam hal ini BKSDA yang ada di setiap Provinsi.

Semoga bermanfaat.

Salam klang-kling-klunggg…

Baca juga artikel lain seluk-beluk beternak cucakrawa:

Sarana penangkaran  |  Pakan dan EF  |  Penjodohan  |  Perawatan anakan pascapanen   |  Indukan Jodoh Salah Satu Mati Karena Tarung | CR Pada Musim Pancaroba by bpk. Yoen Yuwana | Kaki Anakan Cucak Rawa Keseleo Atau Patah | Naluri Cucak Rawa Saat Produksi | Pasangan Cucak Rawa Susah Bertelur By BPK.Yoen Yuwana | Mastering Cucak Rawa By BPK.Yoen Yuwana | Mesin Tetas | Obat Alami By BPK.Yoen Yuwana | Cucak Rawa Jantan Buang Anakan / Piyik Yang Baru Menetas | Anakan Cucak Rawa Menetas Tetapi Anakan Lengket di Cangkang Telur | Tanda Cucak Rawa Akan Bertelur By DR.Damai Santosa | Tata Cara Menangkap Cucak Rawa Jantan Nakal( Patuk Telur ) | Deteksi Dini Gangguan Kaki Anakan Cucak Rawa | Penyakit Layu Tulang Pada Anakan Burung By BPK.Yoen Yuwana | Halaman Awal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20